Kampoeng Jazz? Juara, juara, juara!
Minikutumedia.com—Siapa sih yang nggak tahu event kece tahunan Universitas Padjajaran? Ya, event tahunan bertitel “Kampoeng Jazz” ini memasuki tahun kesembilan di 2017. The International Kampoeng Jazz ialah festival Jazz rancangan Badan Eksekutif Mahasiswa Hukum Universitas Padjadjaran. Mengusung tema OUR HOME FOR OUR HOMETOWN, “Relive The Authentic Culture” di tahun 2017. Catatan terbaik Kampoeng Jazz diselenggarakan terletak pada 2014, yakni pengunjung ketika itu kurang lebih mencapai 7000 orang, bukan hanya warga domestik tapi juga mancanegara.
Saat konferensi press berlangsung, pada hari H, Sabtu, 29 April 2017 di Aston Braga, ketua pelaksana, Yaser, mengatakan, alasan dasar mengambil tema itu ialah karena ingin berterima kasih kepada Bandung atas segala pemberiannya selama ini, dan juga bahwa adanya The 9th International Kampoeng Jazz sebagai wujud penghargaan terhadap kota Bandung, kota musisi Indonesia.
Meski saat konferensi press para bintang tamu tak hadir semua, hanya PREP, Bonita and The Husband, dan 5Petani, suasana konfreseni press tetap meriah dan juga seru. Keunikan yang menonjol kala itu adalah, ketika PREP menyatakan,—yang telah melanglangbuana mancanegara—baru pertama kalinya menginjakkan kaki dan konser di Indonesia. Nama PREP sendiri di telinga para jazzer sudah tidak asing lagi, terbukti banyaknya media partner yang melempar pertanyaan ke PREP.
“Kedatangan kami ke Indonesia adalah yang pertama kali sepanjang kami konser. Sebuah kehormatan kami diundung untuk jadi bintang tamu di acara besar ini. Kami senang,” ungkap salah satu personil PREP. Imbuhnya lagi sewaktu ditanya akan membawakan berapa lagu, PREP akan memainkan 10 lagu di malam Kampoeng Jazz, dan satu di antara10 lagu tersebut merupakan lagu baru untuk album baru nanti.
“Kami akan menyanyikan 10 lagu di malam nanti. Tapi, kali ini kami akan membawakan lagu EP baru kami untuk album baru kami selanjutnya, dan lagu tersebut baru dibawakan di sini.”
Masih ramai konferensi press, hujan pertanyaan pun tak luput untuk Bonita and The Husband. Pertanyaan diajukan oleh wakil Dekan Prodi Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran, mengenai masukan/tambahan bagi Kampoeng Jazz untuk terus menghadirkan “Kampoeng Jazz”, yang tidak membosankan.
Mereka menjawab, “Event Kampoeng Jazz ini memang layak untuk dipapresiasi ya. Selain untuk para penggemar musik jazz, juga untuk memperkenalkan eksistensi kampus di dunia hiburan, khususnya acara musik. Kalau masukan, alangkah baiknya di acara Kampoeng Jazz atau acara-acara lainnya itu menampilkan komunitas-komunitas musik yang mendukung jalannya acara atau juga menghadirkan kesenian tradisional daerah tersebut untuk menjadi ciri khas tersendiri bagi acara.”
Konferensi press ditutup dengan sesi foto dengan para bintang tamu yang hadir di konferensi press. Open Gate International 9th Kampoeng Jazz dimulai pukul 14.00 WIB, dibuka dengan sambutan dari Rektor, Dekan, Ketua Pelaksana.
Memasuki sore, kawasan Dipatiukur sudah dipadati kendaraan roda empat maupun roda dua. Meski langit menghitam membuat rasa khawatir para pengunjung dan pelaksana, tapi antusiasme pengunjung tetap tak terbendung. Buktinya, kala Bonita and The Husband tampil di bawah langit mendung, para pengunjung masih mengikuti alunan dan bersorak terhadap lagu Bonita sampai waktu yang telah ditentukan.
Selepas maghrib, pendatang asal Yogyakarta, yang juga masuk dalam nominasi NET Indonesian Choice Awards 4.0 2017, Teddy Adhytia, tampil menggetarkan gemuruh pengunjung di main stage. Teddy membawakan lima lagu diiringi petikan gitar yang menawan oleh pria berambut kribo itu. Ada dua panggung yang disediakan. Ada Dago Stage/Lounge Stage, dan Main Stage.
Saya coba beralih ke Lounge Stage, ternyata ada penampilan dari berambut kribo dengan lagu hitsnya, Terlalu Lama Sendiri. Ya, Kunto Aji menjadi pemimpin lounge stage dalam memimpin sorakan-sorakan dan teriakan penonton. Para penonton pun dengan khidmat mengkhayati lagu tersebut dengan meriah. Meski kawasan untuk lounge stage tidak selebar dan seluas main stage, tapi rasa senang terhadap idolanya berambut kribo tersebut tidak surut sedikit pun.
Penampilan Kunto Aji ditutup oleh tepuk tangan kencang atas penampilannya yang menawan dan menghibur penggemarnya. Uniknya, penonton di lounge stage tidak beralih ke tempat bazzar, atau ke main stage. Mereka menunggu idolanya kembali untuk menghibur emosional mereka. Tapi, idola yang satu ini datang dari luar Indonesia. Ialah Rai Thistlethwayte, Australian rock, pop and jazz, berhasil mencuri perhatian pengunjung untuk tetap bertahan di lounge stage malam itu. Tampil di bawah nama “Sun Rai”, ia mampu menyihir ratusan pengujung untuk menggoyangkan tubuh mengikuti alunan musik bernuansa elektrik ala Sun Rai. Jujur, saya pun terkagum-kagum atas penampilannya kala itu. Dia mahir dalam memainkan gitar, musik elektrik, piano. Sungguh multitalent!
Malam pun makin menghitam, tapi pengunjung makin padat dan rasa antusiasme tak surut sedikit pun. Ketika beralih ke main stage, kerumunan penonton tumpah dan membanjiri area main stage untuk menunggu penyanyi kesayangan mereka yang berhasil melejit dengan single “Teman Hidup”, Tulus. Teriakan rasa senang pun bising di telinga dan terkumpul melayang ke udara, kala Tulus baru melangkah memasuki panggung. Entah ada daya magis apa dari Tulus, ia sukses, sangat sukses membuat para panitia pun keluar dari pekerjaannya sejenak untuk melihat dan mengikuti alunan lagu Tulus.
Jangan Cintai Aku Apa Adanya, Ruang Sendiri, Sepatu, Teman Hidup, Gajah adalah serentetan daftar lagu yang dimainkan Tulus. Di akhir penutupan, Tulus membawakan Ruang Sendiri, tapi ia tidak sendiri menyanyikannya. Ia menggandeng Kunto Aji, Teddy Adhytia untuk akhir penampilannya. Bagaimana tidak seru, tiga penyanyi top berkumpul dalam satu panggung dan menyanyikan lagu kesukaan penonton? Merinding, bukan?
Penampilam Tulus pun akan dikenang di hati masing-masing pengunjung yang menontonnya. Kuyakin. Sangat yakin. Memasuki jam-jam menjelang hari esoknya, penampilan artis besar Indonesia pun masih ditunggu akan kehebatannya dalam bermusik oleh para pengunjung. Ternyata, antusiasme pengunjung masih tinggi walau jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Tidak membuang-buang waktu dan menghabiskan kesabaran penggemarnya, Trio Lestari pun mendarat di main stage! Tak ada satu pun dari pengunjung yang diam melihat Trio Lestari menyapa mereka. Beranggotakan Glenn Fredly, Tompi dan Sandy Sandoro itu memaksa para pengunjung mengeluarkan sisa-sisa energi yang sudah terkuras oleh penampil-penampil sebelumnya. Dentuman-dentuman musik Jazz Trio Lestari begitu kental dan sulit untuk tidak membuat pengunjung bersorak!
Tidak ada yang tidak seru sedikit pun dari para penampil di Kampoeng Jazz edisi kesembilan di 2017 ini. Selain kehebatan para mahasiswa Unpad khusunya jurusan Hukum untuk mengundang artis besar Indonesia dan luar negeri, Kampoeng Jazz pun semakin menandakan eksistensi mereka dalam menyelenggarakan acara bergengsi tersebut.
Salut untuk para panita penyelenggara. Sukses terus. Ditunggu Kampoeng Jazz di tahun-tahun selanjutnya dengan konsep yang berbeda, karena Yaser, ketua pelaksana berkata, kami akan menghadirkan Kampoeng Jazz yang berbeda di tiap tahunnya.
Sekali lagi, keren! Congratulations!